
Sekretaris Perusahaan PT Maluku Energy Abadi (MEA), Muhammad Muhyin mengungkapkan, hingga saat ini Gubernur Maluku, Murad Ismail belum membuat keputusan apapun terkait pembagian Participating Interest (PI) Blok Masela.
“Memang di beberapa kesempatan beliau pernah menyampaikan mengenai info informal yang diterima dari telepon Kepala SKK Migas mengenai wacana dan usulan diskusi yang berkembang. Tapi sepengetahuan kami Gubernur belum membuat keputusan apapun terkait hal ini,” kata Muhyin saat dihubungi Ruangenergi.com, Selasa (08/6).
Sementara ketika ditanya soal sumber dana yang akan dipakai jika nanti proyek tersebut sudah berjalan, ia menjelaskan bahwa hal itu baru akan dibahas pada tahap ke 9 nanti.
“Tahap diskusi perjanjian terkait hal itu akan dilakukan di tahap ke 9, saat ini kita baru di tahap ke 6 menuju tahap ke 7. Namun demikian, mekanisme pembiayaan akan mengikuti ketentuan yang ditetapkan Pemerintah dan berlaku pada saat perjanjian disusun, serta tercantum dalam KBH Masela,” paparnya.
Terkait rencana pembentukan perusahaan daerah (Perusda) di setiap Kabupaten/Kota, karena PI hanya bisa dikelola oleh Perusda, Muhyin enggan menanggapinya.
“Soal rencana pembentukan Perusda oleh Pemkab saya no comment, karena itu merupakan kewenangan/kebijakan masing-masing Kabupaten. Untuk MEA kami tetap jalan sesuai dengan amanah Perda dan aturan yang berlaku saat ini,” pungkasnya
Sementara itu akademisi dari IAIN Ambon, DR Abd.Manaf Tubaka yang dihubungi terpisah menilai, skema yang ditawarkan Gubernur terkait pembagian PI Blok Masela itu sudah cukup adil.
“Ini sudah mencerminkan aspek keadilan untuk semua daerah kabupaten/Kota di Maluku. Skema 3 3 3 1 Ini sudah tepat, karena permintaan KKT (Kabupaten Kepulauan Tanimbar-red) ke pemerintah pusat sebesar 5,6 persen itu talalu besar,” kata pria yang juga dikenal sebagai sosiolog ini.
Kendati demikian, kata Manaf, problem sesungguhnya sebenarnya bukan soal pembagian PI 10 ℅, tetapi terkait kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang akan dilibatkan dalam proses pengelolaan migas. Termasuk kesiapan pada sektor ekonomi hilir dari kilang darat.
“SDM dari putra-putra terbaik Maluku yang nanti akan dilibatkan dalam proyek gas abadi ini harus benar-benar siap pakai. Untuk itu perlu hadir perguruan tinggi maupun sekolah-sekolah menengah kejuruan yang kompoten untuk mendidik mereka,” pungkasnya.(SF)
Sumber: ruangenergi.com