Masela Block’s Lapangan Abadi Project is Ensured to Absorb Many Local Workers

Share
Seorang melintas di depan layar peta usai pertemuan antara Menko Kemaritiman dan Sumberdaya Rizal Ramli dengan perwakilan masyarakat Maluku di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu (7/10/2015). Pertemuan membahas Blok Masela. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta – Industri minyak dan gas bumi (migas) di wilayah Maluku harus membawa dampak positif pada ekonomi wilayah tersebut. Saat ini proyek migas yang sedang dibangun adalah Lapangan Abadi Blok Masela.

Direktur PT Maluku Energi Abadi, Musalam Latuconsina mengatakan, Pemerintah Daerah Maluku dan Maluku Utara memastikan, proyek minyak dan gas (Migas) di wilayah Maluku dan Maluku Utara, seperti Blok Migas Masela hingga Lapangan Bula di Pulau Seram, akan dimasukkan dalam Rencana Umum Energi Daerah (RUED).

Dengan masuknya dua industri migas tersebut dalam RUED, akan membawa manfaat bagi pengembangan ekonomi wilayah tersebut dan penyerapan tenaga kerja lokal.

“Hal itu dilakukan agar masyarakat sekitar bisa memetik manfaat dari keberadaan tambang-teambang tersebut, termasuk juga dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) wilayah tersebut,” kata Musalam, di Jakarta, Kamis (28/1/2021).

Menurut Musalam, pihaknya selaku perusahaan energi daerah telah intensif melakukan koordinasi dengan Dinas Pertambangan Provinsi Maluku, untuk memasukkan potensi-potensi yang ada di wilayah Maluku dan Maluku Utara ke dalam RUED tersebut.

“Saat ini mereka (Dinas Pertambangan Maluku) sedang persiapkan. Dan saya sudah titip bahwa utilisasi dari hasil minyak dan gas di Masela maupun di Bula nanti harus dimasukkan dalam RUED Provinsi Maluku, karena itu sedang dikaji,” ujarnya.

Sementara itu, terkait penyerapan tenaga kerja, hal itu juga menjadi salah satu prioritas yang sedang disiapkan. Agar tenaga kerja lokal memiliki keterampilan siap bekerja pada industri migas.

“Kita harapkan anal-anak Maluku yang backgroundnya perminyakan atau Geologist dapat berkiprah secara nasional di Indonesia maupun di luar Indonesia,” tutupnya.

Dia pun berharap, sinergi Maluku Energi Abadi dengan Dinas Pertambangan Maluku tetap terjalin. “Sehingga saat RUED selesai, kami cek benar-benar bahwa hasil gas dari Masela maupun minyak dari Bula nanti bisa masuk ke dalam RUED Provinsi Maluku,” ungkap Musalam.

Kesejahteraan masyarakat disekitar proyek migas di Maluku harus diprioritaskan, agar tidak terjadi lagi seperti pengembangan Lapangan minyak Bula di pulau Seram Maluku. Sekitar hampir dua abad minyak bumi diangkat dari Bula, tetapi tidak memperlihatkan kesejahteraan yang hadir sesuai dengan kekayaan alamnya.

Menurut Direktur Archipelago Solidarity Foundation, Engelina Pattiasina, keberadaan minyak di Bula diketahui pada tahun 1897 atau selisih sekitar 11 tahun dengan penemuan minyak di Pangkalan Brandan, Sumatera Timur.

Penemuan lapangan Bula Lemun pada 1925 menjadikan Bula sebagai sumber minyak mentah bagi pemerintahan kolonial. Minyak mentah diangkut dari Bula dibawa ke daerah yang memiliki kilang atau dikirim ke berbagai negara. Sebab, The Royal Dutch-Shell telah berubah menjadi perusahaan raksasa dunia.

“Di sisi lain, orang Seram dan Maluku bukan penikmat tapi justru menjadi korban, paling tinggi sebagai kuli di perusahaan kolonial. Di masa Hindia Belanda, sumber minyak hanya berasal dari Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Seram,” katanya.

Related Posts